Bendul tak bendul, sangat ramai yang cabul. Salin dan tampal, terjerat dalam kebejatan akal yang hakikatnya hadam hanya sekelumit butir pasir. Kering, tanpa solusi lebih kuah dari nasi, delusi barangkali. Kabul dan makbul, konotasi tergarap dek pintalan yang dipinta-pinta. Cabul, eksploitasi berbasa-basi tertib dari hero dan herowati dengan jari jemari yang mengetuk papan kekunci… tolong… Teruskan Membaca